Pulsating Superman Logo Pointer

About

Jumat, 29 September 2017

Laporan Praktikum Pirolisis Limbah PVC


Disusun Oleh
1.      Aldina Faajar R
2.      Devi Fitriana
3.      Tri Suwarni
4.      Wakhid Khoirul U





LAPORAN  PRAKTIKUM
“PIROLISIS LIMBAH PVC UNTUK MEMPELAJARI ABSORPSI HCL”

I.                   TUJUAN
-          Siswa dapat melakukan absorbsi HCl pada pirolisis limbah paralon ( akualon ).
-          Siswa dapat menganalisis kadar HCl yang terdapat pada pipa akualon
II.                DASAR TEORI
A.    Pengertian pirolisis

Pirolisis adalah dekomposisi termokimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau pereaksi kimia lainnya, di mana material mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas. Pirolisis adalah kasus khusus termolisis. Pirolisis ekstrem, yang hanya meninggalkan karbon sebagai residu, disebut karbonisasi.

Briket batubara terkarbonisasi adalah briket yang sebelumnya mengalami suatu proses karbonisasi. Karbonisasi adalah proses pemanasan batubara sampai suhu dan waktu tertentu (200–1.000 °C (390–1.800 °F) pada kondisi miskin oksigen untuk menghilangkan kandungan zat terbang batubara sehingga dihasilkan padatan yang berupa arang batubara atau kokas atau semi kokas dengan hasil samping tar dan gas.

Proses ini digunakan secara umum dalam industri kimia, misalnya, untuk menghasilkan arang, karbon aktif, metanol, dan bahan kimia lainnya dari kayu, untuk mengkonversi etilena diklorida menjadi vinil klorida untuk membuat PVC, untuk menghasilkan kokas dari batubara, untuk mengubah biomassa menjadi gas sintesis dan biochar, untuk mengubah limbah plastik kembali menjadi minyak yang dapat digunakan atau limbah menjadi zat yang aman sekali pakai, dan untuk mengubah hidrokarbon dengan berat molekul menengah seperti minyak menjadi yang lebih ringan seperti bensin. Pirolisis juga digunakan dalam pembuatan nanopartikel, zirkonia dan oksida memanfaatkan nozzle ultrasonik dalam proses yang disebut ultrasonic spray pyrolysis (USP).

B.     Pengertian PVC

Polivinil klorida (IUPAC: Poli(kloroetanadiol)), biasa disingkat PVC, adalah polimer termoplastik urutan ketiga dalam hal jumlah pemakaian di dunia, setelah polietilena dan polipropilena. Di seluruh dunia, lebih dari 50% PVC yang diproduksi dipakai dalam konstruksi. Sebagai bahan bangunan, PVC relatif murah, tahan lama, dan mudah dirangkai. PVC bisa dibuat lebih elastis dan fleksibel dengan menambahkan plasticizer, umumnya ftalat. PVC yang fleksibel umumnya dipakai sebagai bahan pakaian, perpipaan, atap, dan insulasi kabel listrik.
PVC diproduksi dengan cara polimerisasi monomer vinil klorida (CH2=CHCl). Karena 57% massanya adalah klor, PVC adalah polimer yang menggunakan bahan baku minyak bumi terendah di antara polimer lainnya.
C.     Pengertian Absorpsi
Absorpsi atau penyerapan, dalam kimia, adalah suatu fenomena fisik atau kimiawi atau suatu proses sewaktu atom, molekul, atau ion memasuki suatu fase limbak (bulk) lain yang bisa berupa gas, cairan, ataupun padatan. Proses ini berbeda dengan adsorpsi karena pengikatan molekul dilakukan melalui volume dan bukan permukaan. Salah satu contoh penyerapan lainnya adalah penukaran ion di mana terjadi proses pertukaran ion antara dua elektrolit atau antara larutan elektrolit dan senyawa kompleks.

III.             ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan dalam praktikum :
a)      Kaleng Biskuit (reactor)
b)      Erlenmeyer 200 ml dan 500 ml
c)      Labu ukur 100 ml
d)     Statif klem
e)      Buret 50 ml
f)       Pipet tetes
g)      Hot plate
h)      Corong
i)        Pendingin Liebig
j)        Pipa viting T
k)      Pipet volume 10 ml
l)        Selang air
m)    Dongkrak
    Bahan yang digunakan dalam praktikum :
a)      Pralon Akualon (380 gram)
b)      Borax (Na2B4O7.10 H2O) 0,1 N
c)      Indikator MO
d)     Aquadest
e)      Gypsum
f)       Alkohol
g)      pH universal

IV.             LANGKAH KERJA
No.
Langkah Kerja
Hasil Pengamatan
1.
Disiapkan pipa paralon bekas (limbah PVC). Pipa paralon tersebut sudah dalam keadaan yang terpotong potong atau berukuran kecil. Kemudian, pipa paralon bekas ditimbang.
Pipa paralon yang ditimbang sebesar 380 gram
2.
Dirangkai pipa kaca dan pendingin lalu dipasang pada tutup kaleng besar yang sebelumnya sudah dilubangi, sesuai ukuran pipa kaca.

3.
Serpihan pipa paralon dimasukkan kedalam kaleng besar, lalu ditutup rapat.

4.
Disiapkan gypsum yang sudah diberi air, lalu dilumurkan pada bagian kaleng yang sekiranya belum rapat.
Supaya tidak terdapat celah pada kaleng sehinga gas HCl tidak keluar
5.
Jika sudah rapat, diletakkan erlenmeyer pada ujung pendingin.
Erlenmeyer berisi aquadest harus disesuaikan agar ujung pendingin tercelup dalam aquadest.
6.
Setelah siap, hotplate dinyalakan, dan tunggu hingga terdapat asap yang selanjutnya akan mengalir pada erlenmeyer berisi aquadest.

7.
Ditimbang boraks yang telah disiapkan.
Borax ditimbang sebanyak 4,775 gram.
8.
Selanjutnya dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml.
Dilarutkan dengan aquadest sebanyak 250 ml.
9.
Dikocok larutan tersebut hingga homogen.

10.
Larutan HCl yang terdapat pada erlenmeyer dimasukkan dalam buret.
Larutan HCl yang dimasukkan sebanyak 50 ml.
12.
Setelah siap, diambil larutan boraks yang sudah diencerkan dan dimasukkan dalam erlenmeyer.
Larutan borax yang diambil sebanyak 10 ml.
13.
Ditambahkan 3 tetes indikator MO, kemudian dilakukan titrasi dengan HCl, sampai berubah warna.
Larutan akan berubah warna menjadi warna merah muda.
14.
Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali dengan erlenmeyer yang berbeda. Catat hasilnya.
Borax (diencerkan sebanyak 5 kali) :
a.       Titrasi pertama : 0,6 ml
b.      Titrasi kedua    : 0,3 ml
c.       Titrasi ketiga    : 0,3 ml

Dengan menggunakan borax murni :
a)      Titrasi : 0,23 ml

V.                PERHITUNGAN
Data praktikum
1.      Hasil titrasi dengan borax
Titrasi ke -
Borax yang dibutuhkan
1
0,6 ml
2
0,3 ml
3
0,3 ml
4
0,23 ml




 





Rata – rata borax (pengenceran 5 kali )yang dibutuhkan :
=
2.      pH HCl  = 1
3.      Penentuan normalitas HCl
a)      Menggunakan borax yang diencerkan sebanyak 5 kali
V1 x N1 = V2 x N2
0,6 ml x N1 = 10 ml x 0,01 N
N1 =
N1 = 0,16 N





b)      Menggunakan borax murni
V1 x N1 = V2 x N2
0,23 ml  x  N1  = 10 ml x 0,01 N
N1 =
N1 =  0,43 N

VI.             PEMBAHASAN
 Pada saat proses pemanasan limbah PVC masih terdapat beberapa bagian yang telah dilumuri gipsum tetapi masih bocor atau berlubang, sehingga menyebabkan gas hasil pemanasan keluar dan terbuang. Hal ini membuat larutan HCl yang dihasilkan tidak maksimal.
VII.          KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.      Kadar normalitas HCl yang dilakukan dengan menggunakan borax yang diencerkan sebanyak 5 kali sebesar 0,16 N N, sedangkan apabila menggunakan borax murni kadar normalitas tersebut sebesar 0,43N.
2.      Semakin kecil kadar normalitas pada HCl, semakin banyak borax yang dibutuhkan untuk melakukan titrasi, begitu juga sebaliknya semakin besar kadar normalitas pada HCl semakin sedikit borax yang dibutuhkan untuk melakukan titrasi.

DAFTAR PUSTAKA
Diakses pada tanggal 21 September 2017  pukul 02.53 WIB

Diakses pada tanggal 21 September 2017 pukul 02.51 WIB

Diakses pada tanggal 21 September 2017 pukul 02.56 WIB


Kimia adalah cabang dari ilmu fisik yang mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, dan perubahan materi.Ilmu kimia meliputi topik...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review